Sebelumnya saya sudah postingkan artikel tentang pengertian dan klasifikasi cedera olahraga dan untuk kali ini saya akan postingkan artikel tentang penyebab dan cara perawatan pada cedera olahraga.
Semoga postingan kali ini bisa bermanfaat dan bisa membantu tugas-tugas masbro dan mbabro semua
Silahkan di lanjut saja dan jangan lupa untuk berikan komentar termanisnya ....
Semoga postingan kali ini bisa bermanfaat dan bisa membantu tugas-tugas masbro dan mbabro semua
Silahkan di lanjut saja dan jangan lupa untuk berikan komentar termanisnya ....
Hehehehe
Penyebab Dan Cara Perawatan Pada Cedera Olahraga
A. Penyebab Cedera Olahraga
Beberapa faktor penting yang ada perlu
diperhatikan sebagai penyebab cedera
olahraga.
1. Faktor
olahragawan /olagragawati
a. Umur
Faktor umur sangat menentukan karena
mempengaruhi kekuatan serta kekenyalan jaringan. Misalnya pada umur 30-40 tahun
kekuatan otot akan relatif menurun. Elastisitas
tendon dan ligament menurun pada usia 30 tahun. Kegiatan-kegiatan fisik
mencapai puncaknya pada usia 20-40 tahun.
b. Faktor
pribadi
Kematangan
(motoritas) seorang olahraga akan lebih mudah dan lebih sering mengalami cedera
dibandingkan dengan olahragawan yang sudah berpengalaman.
c. Pengalaman
Bagi atlit yang baru
terjun akan lebih mudah terkena cedera dibandingkan dengan olahragawan atau
atlit yang sudah berpengalaman.
d. Tingkat
latihan
Betapa penting peran
latihan yaitu pemberian awal dasar latihan fisik untuk menghindari terjadinya
cedera, namun sebaliknya latihan yang terlalu berlebihan bias mengakibatkan
cedera karena “over use”.
e. Teknik
Perlu diciptakan
teknik yang benar untuk menghindari cedera. Dalam melakukan teknik yang salah
maka akan menyebabkan cedera.
f.
Kemampuan
awal (warming up)
Kecenderungan tinggi
apabila tidak dilakukan dengan pemanasan, sehingga terhindar dari cedera yang
tidak di inginkan. Misalnya : terjadi sprain,
strain ataupun rupture tendon dan
lain-lain.
g. Recovery period
Memberi waktu
istirahat pada organ-organ tubuh termasuk sistem musculoskeletal setelah
dipergunakan untuk bermain perlu untuk recovery
(pulih awal) dimana kondisi organ-organ itu menjadi prima lagi, dengan
demikaian kemungkinan terjadinya cedera bisa dihindari.
h. Kondisi
tubuh yang “fit”
Kondisi yang kurang
sehat sebaiknya jangan dipaksakan untuk berolahrag, karena kondisi semua
jaringan dipengaruhi sehingga mempercepat atau mempermudah terjadinya cedera.
i. Keseimbangan
Nutrisi
Keseimbangan nutrisi
baik berupa kalori, cairan, vitamin yang cukup untuk kebutuhan tubuh yang
sehat.
j. Hal-hal
yang umum
Tidur untuk istirahat
yang cukup, hindari minuman beralkohol, rokok dan yang lain.
2. Peralatan
dan Fasilitas
Peralatan : bila kurang atau tidak
memadai, design yang jelek dan kurang
baik akan mudah terjadinya cedera.
Fasilitas : kemungkinan alat-alat
proteksi badan, jenis olahraga yang bersifat body contack, serta jenis olahraga yang khusus.
3. Faktor
karakter dari pada olahraga tersebut
Masing-masing cabang olahrag mempunyai
tujuan tertentu. Missal olahraga yang kompetitif biasanya mengundang cedera
olahraga dan sebagainya, ini semua harus diketahui sebelumnya.
B. Pencegahan Cedera
Mencegah lebih baik daripada mengobati,
hal ini tetap merupakan kaidah yang harus dipegang teguh. Banyak cara
pencegahan tampaknya biasa-biasa saja, tetapi masing-masing tetaplah memiliki
kekhususan yang perlu diperhatikan.
1.
Pencegahan
lewat keterampilan
Pencegahan lewat keterampilan mempunyai
andil yang besar dalam pencegahan cedera itu telah terbukti, karena penyiapan
atlit dan resikonya harus dipikirkan lebih awal. Untuk itu para atlit sangat
perlu ditumbuhkan kemampuan untuk bersikap wjar atau relaks. Dalam meningkatkan
atlit tidak cukup keterampilan tentang kemampuan fisik saja namun termasuk daya
pikir, membaca situasi, mengetahui bahaya yang bisa terjadi dan mengurangi
resiko. Pelatih juga harus mampu mengenali tanda-tanda kelelahan pada atlitnya,
serta harus dapt mengurangi dosis latihan sebelum resiko cedar timbul.
a)
Mengurangnya
antusiasme atau kurang tanggap
b)
Kulit
dan otot terasa mengembang
c)
Kehilangan
selera makan
d)
Gangguan
tidur, sampai bangun masih terasa lelah
e)
Meningkatnya
frekuensi jantung saat istirahat
f)
Penurunan
berat badan
g)
Melambatnya
pemulihan
h)
Cenderung
menghindari latihan atau pertandingan
2. Pencegahan
lewat Fitness
Fitness secara terus menerus mampu
mencegah cedera pada atlit baik cedera otot, sendi dan tendo, serta mampu
bertahan untuk pertandingan lebih lama tanpa kelelahan.
a.
Strength
Otot lebih kuat jika dilatih, beban
waktu latihan yang cukup sesuai nomor yang diinginkan untuk. Untuk latihan
sifatnya individual, otot yang dilatih benar-benar tidak mudah cedera.
b. Daya
tahan
Daya tahan meliputi endurance otot,
paru dan jantung. Daya tahan yang baik berarti tidak cepat lelah, karena
kelelahan mengundang cedera.
c. Pencegahan
lewat makanan
Nutrisi yang baik akan mempunyai andil
mencegah cedera karena memperbaiki proses pemulihan kesegaran diantara
latihan-latihan.
Makan harus memenuhi tuntutan gizi yang
dibutuhkan atlit sehubungan dengan latihannya.
Atlit harus makan-makanan yang mudah
dicerna dan yang berenergi tinggi kira-kira 2,5 jam sebelum latihan atau
pertandingan.
Pencegahan lewat Warming up ada 3 alasan kenapa warm
up harus dilakukan :
· Untuk
melenturkan (stretching) otot, tendon
dan ligament utama yang akan dipakai.
· Untuk
menaikkan suhu terutama bagian dalam seperti otot dan sendi.
· Untuk
menyiapkan atlit secara fisik dan mental menghadapi tugasnya.
d.
Pencegahan
lewat lingkungan
Banyak terjadi bahwa cedera karena
lingkungan. Seorang atlit jatuh karena tersandung sesuatu (tas, peralatan yang
tidak ditaruh secara baik) dan cedera. Harusnya memperhatikan peralatan dan
barang ditaruh secara benar agar tidak membahayakan.
e.
Peralatan
Peralatan yang standart punya peranan
penting dalam mencegah cedera. Kerusakan alat sering menjadi penyebab cedera
pula
f. Medan
Medan dalam menggunakan latihan atau
pertandingan mungkin dari alam, buatan atau sintetik, keduanya menimbulkan
masalah. Alam dapat selalu berubah-ubah karena iklim, sedang sintetik yang
telah banyak dipakai juga dapat rusak. Yang terpenting atlit mampu menghalau
dan mengantisipasi hal-hal penyebab cedera.
g.
Pencegahan
lewat pertolongan
Setiap cedera memberi tiap kemungkinan
untuk cedera lagi yang sama atau yang lebih berat lagi. Masalahnya ada
kelemahan otot yang berakibat kurang stabil atau kelainan anatomi,
ketidakstabilan tersebut penyebab cedera berikutnya. Dengan demikian dalam
menangani atau pemberian pertolongan harus kondisi benar dan rehabilitasi yang
tepat pula.
h. Implikasi
terhadap pelatih
Sikap tanggung jawab dan sportifitas
dari pelatih, official, tenaga kesehatan dan atlitnya sendiri secara
bersama-sama. Yakinkan bahwa atlitnya memang siap untuk tampil, bila tidak
janganlah mencoba-coba untuk ditampilkan dari pada mengundang permasalahan.
Sebagai pelatih juga perlu memikirkan masa depan atlit merupakan faktor yang
lebih penting.
C. Perawatan dan Pengobatan cedera
olahraga
Dalam melakukan perawatan dan
pengobatan cedera olahraga terlebih dahulu mengetahui dan apa yang harus
dikerjakan. Terdapat pendarahan tidak, fruktur tulang (patah tulang) dan
sebagainya, atau mungkin terjadi kerusakan pembuluh darah kecil atau besar
(pendarahan dibawah kulit) di daerah itu. Bila ini terjadi akan ada warna ungu,
nyeri dan bengkak.
1. Penanganan Pendarahan
Penanganan cedera dinilai lewat
tingkatan cedera berdasarkan adanya pendarahan lokal.
a.
Akut (0-24 jam)
Terjadi cedera antara saat kejadian
sampai proses pendarahan berhenti, biasanya samapai 24 jam. Dalam pertolongan
yang benar dapat mempersingkat periode ini.
b. Sub-Akut (24-48 jam)
Pada saat masa akut telah berakhir,
pendarahan telah berhenti, tetapi bisa berdarah kembali. Bila pertolongan tidak
benar dapat kembali ke tingkat akut dan berdarah kembali.
c. Tingkat lanjut (48 jam sampai lebih)
Pendarahan telah berhenti, dan kecil
kemungkinan kembali ke tingkat akut, pada saat ini penyembuhan telah mulai.
Dengan pertolongan yang baikmasa ini dapat mempersingkat. Pelatih harus sangat
mahir dalam hal ini agar tahu kapan harus meminta pertolongan dokter.
2. Penanganan Pertama
Pulihnya atlit dan mampu aktif kembali sangat tergantung dari keputusan yang
dibuat saat terjadi cedera, serta pertolongan yang diberikan. Bila dokter tidak
ada, maka terpaksa pelatih harus memutuskan sendiri, keadaan ini paling banyak
berlaku.
Pelatih harus mampu memutuskan apakah
atlit terus atau berhenti, untuk cedera yang berat keputusannya sangat mudah
diambil, tetapi untuk cedera yang ringan keputusannya menjadi sangat sulit.
Bila ragu istirahatkan atlit anda, pelatih sebaiknya mampu melakukan
pemeriksaan praktis fungsional dilapangan.
3. Penanganan Rehabilitasi Medik dengan
Metode RICE
Pada terjadinya cedera olahraga upaya
rehabilitasi medik yang sering digunakan adalah :
a.
Pelayanan spesialistik rehabilitasi medik
b.
Pelayanan fisioterapi
c.
Pelayanan alat bantu (ortesa)
d.
Pelayananpengganti tubuh (protesa)
Penangana rehabilitasi medik harus
sesuai dengan kondisi cedera.
Penanganan rehabilitasi medik pada
cedera olahraga akut.
Cedera akut ini terjadi dalam waktu
0-24 jam. Yang paling penting adalah penangananya. Pertama adalah evaluasi awal
tentang keadaan umum penderita, untuk menentukan apakah ada keadaan yang
mengancam kelangsungan hidupnya. Bila ada
tindakan pertama harus berupa penyelamatan jiwa. Setelah diketahui tidak
ada hal yang membahayakan jiwa atau hal tersebut telah teratasi maka
dilanjutkan upaya yang terkenal yaitu RICE
:
R – Rest : diistirahatkan adalah tindakan
pertolongan pertama yang esensial penting untuk mencegah kerusakan jaringan
lebih lanjut.
I – Ice : terapi dingin, gunanya
mengurangi pendarahan dan meredakan rasa nyeri.
C – Compression : penekanan atau balut tekan gunanya membantu mengurangi pembengkakan jaringan
dan pendarahan lebih lanjut.
E – Elevatin : peninggian daerah cedera gunanya mencegah statis, mengurangi edema
(pembengkakan) dan rasa nyeri.
Referensi :
Paul M. Taylor,
dkk. (2002). Mencegah dan Mengatasi
Cedera Olahraga. Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO PERSADA.
Andun
Sujidandoko. (2000). Perawatan dan Pencegahan Cedera. Yogyakarta:
Departemen Pendidikan Nasional .